Jika Terpaksa Pasti Bisa!


Manusia memang makhluk sosial yang dalam artian; sesungguhnya manusia itu tidak bisa hidup sendiri,  dan sebagai masyarakat tentu saja akan dan harus ada interaksi dengan yang lainnya. Selama menjadi manusia kita pastinya membutuhkan bantuan orang lain. 

Sebagai makhluk sosial kita juga tidak harus ketergantungan terus menerus dengan orang lain, karena orang lain juga pastinya mempunyai kesibukan masing-masing dan tidak selalu ada untuk kita. Bukan tanpa alasan saya menulis judul 'Jika Terpaksa Pasti Bisa' karena ini pengalaman saya sendiri, yang dulunya saya ini tipe orang yang sangat ketergantungan dengan orang lain. 

Ada kejadian yang membuat saya tertampar dan harus bisa sendiri. Kuranglebih ceritanya seperti ini :

Tujuh tahun yang lalu, ketika diangkat sebagai Kepala Sekolah (KS) di salah satu SD Negri di kota tempat saya tinggal saat ini, saya sudah bisa menyetir sendiri dan kemana-mana membawa mobil sendiri, tapi semenjak ada pembangunan di sekolah dan kalau membawa mobil itu riskan karena banyak paku dan bahan bangunan yang disimpan di tempat parkir, saya stop membawa kendaraan. Dan saya ke mana-mana diantar penjaga sekolah atau guru. 

Lama kelamaan saya jadi malas membawa mobil karena saya merasa ada penjaga sekolah, guru atau ojek online yang siap mengantar saya, baik dengan motor atau mobil. Saya biasanya lebih sering berangkat dengan guru perempuan. 

Ketika mutasi ke sekolah lain pun begitu juga, saat itu ada guru perempuan yang selalu siap mengantar saya pergi ke mana-mana, untuk mengendarai mobil sendiri saya tambah malas, karena dulu suka kaget dan kesal kalau ada motor dan mobil yang nyalip, kayanya panas disalip, dan kejadian ini membuat saya deg-degan terus karena tidak tenang. 

Hanya sebentar saya di sekolah itu sebelum saya di mutasi ke sekolah lain, di sekolah ini saya mulai berdaptasi lagi dan melihat kira-kira yang bisa menemani saya bepergian itu guru mana. Akhirnya ada guru perempuan yang mau mengantar saya ke mana-mana, tapi tidak lama kami kemana-mana selalu bersama, guru tersebut pindah karena harus menemani suaminya pindah ke luar Jawa, tepatnya pindah ke Kalimantan, mau tidak mau, suka tidak suka saya kehilangan partner lagi.

Awalnya jujur saja saya sangat kerepotan, karena saya berkegiatan bisa ada di 3 bahkan 4 tempat dalam sehari. Pernah juga satu kejadian saat harus mengejar ketua organisasi untuk meminta tandatangannya, namun ketika sampai di kantornya, beliau sudah ada di tempat lain bersama para pejabat lainnya. Mau tidak mau saya harus pesan ojek online lagi untuk mengejar tandatangan dan kembali ke bank. 

Saya teringat ketika berangkat ke tanah suci dulu, saat itu kami berangkat 8 orang yaitu kakek, saya dan dua kakak, dua paman dengan istri masing-masing. Waktu itu usia saya masih 19 tahun, kakak usia 21 dan 23. Orang tua saya menitipkan Kami pada kedua paman. 

Selama disana paman bergantian menjaga kami, tapi anehnya mereka bergantian sakit sampai akhirnya kedua paman dan bibi tidak bisa menemani kami karena sakit semua, akhirnya tanpa pengawalan kami bertiga pergi ke Masjidil Haram, kami tanpa pengawalan sampai menjelang pulang ke tanah air. 

Saya tersentak dan merasa tertampar saat mengingat pengalaman di tanah suci dulu hingga saya mengambil kesimpulan;  bahwa kita tidak boleh ketergantungan dengan manusia. 

Setelah merenung dan sudah dengan pertimbangan yang matang akhirnya saya memaksakan diri untuk belajar mobil lagi, setelah bertahun-tahun tidak mengendarai mobil pastinya kaku ketika membawa mobil lagi, saya putuskan untuk kursus lagi untuk melenturkan tangan dan membangkitkan rasa percaya diri saya lagi membawa kendaraan roda empat membelah keramaian jalan raya. 

Dari 6 kali latihan saya baru melaksanakan 3 kali latihan karena patner saya sudah pindah ke Kalimantan. Jujur saja ada perasaan sedih, tapi saya harus bangkit. Akhirnya diawali dengan terpaksa lama-lama saya bisa kembali mengendarai mobil sendiri. Ada perbedaan ketika dulu saya menyetir mobil dengan sekarang, kalau sekarang saya bisa tenang membawa mobil, orang mau nyalip atau tidak terserah. 

Itulah goresan singkat saya "kalau terpaksa lama kelamaan pasti terbiasa" dan semoga pengalaman pribadi saya ini memotivasi yang membaca, bahwa memang tidak selamanya ada orang lain yang selalu berada didekat kita.  Belajar untuk mengurangi hal-hal seperti meminta bantuan orang lain.

Semoga Allah SWT selalu melindungi dan senantiasa ada untuk saya dan kita semua disaat sedang belajar mengurangi tergantung pada makhluk-Nya. Karena sesungguhnya hanya Allah SWT lah tempat kita menyandarkan segala sesuatunya. 


ADSN1919


 

 Kembali

Halaman
1

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

4 komentar untuk "Jika Terpaksa Pasti Bisa!"

  1. Keren. Jika dipaksa lama-lama akan biasa ya😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, diawali dengan keterpaksaan dan kebutuhan lama kelamaan jadi bisa dan terbiasa 😁 karena lama-lama segan kita ketergantungan yang lain😁 makasih sudah mampir, sehat-sehat selalu. Salam sehat

      Hapus
  2. Memaksa untuk terpaksa akhirnya bisa. He he .....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya nek betul 😁 makasih nek sudah mampir maaf telat balas πŸ™πŸ™

      Hapus

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi