September Ceria


Foto Arny Bareh dari Pexels 


Hai September, apakah baik-baik saja? Mobil yang sedang kita tumpangi menuju jalan Desa tadi, banyak kerikil yang kita lewati begitu terjal perjalanan. Mobil kita kuat ya melewati semua, mata kita terjaga terus khawatir mobil remnya blong.


September tadi kamu lihat tidak? Ada ular yang berusaha mengejar mobil kita, beruntung sang sopir dengan lincah mengendarai mobil, meski mobil terlihat tidak baru, tapi masih kuat melewati jalan yang penuh tantangan ini. 


September, aku melihatmu seperti was-was berada dalam kendaraan ini, matamu menatap kosong ke depan, ceritakanlah semua beban yang ada dalam hatimu, semoga kita bisa ceria kembali. September ceria. 


September, sebenarnya aku juga ingin bercerita, tapi mulut ini seperti terkunci, aku tidak mau menambah beban yang sedang kamu rasakan. Kadang ingin menangis merasakan tuduhan yang mengarah, aku mencoba tersenyum menghadapi semua. 


September, kadang kita merasa aneh dengan semua yang ada di depan mata, tapi kita tidak bisa memaksakan diri agar mereka melihat kita. Tak perlu kita menari-nari agar menjadi perhatian mereka, cukup diam dan waktu yang akan bicara. 


September, kamu tau ga? Kadang remah-remah rangginang tidak dilihat orang lain, tapi tenang saja, tidak semua seperti itu, ada beberapa juga yang melirik dan mencari remah-remah rangginang. Kita seperti remah rengginang ya, tidak terlihat, orang melihat kita karena membutuhkan sesuatu. 


Hai September, cerialah seperti lagu yang sering kamu dengar, September ceria. Aku tidak suka melihat kamu termenung menahan kegundahan hati. Ingat di luar sana masih banyak yang menanti uluran tangan kita dan melihat kita tersenyum. 


September, kamu sering berkata, tak perlu mematahkan ranting demi terlihat orang lain. Ranting-ranting kita jaga, begitupun dedaunan agar tidak jatuh dari pohonnya, meski dedaunan mengering kita selalu menyiraminya agar akarnya semakin kuat. 


September, kesini sebentar aku hanya ingin berkata, ada ranting berjatuhan, tersenggol pasukan berkuda, tapi kenapa aku yang disalahkan, rating jatuh karena aku berada disana. 


September tau ga? Tadi Kepala pasukan berkuda tidak mau disalahkan, dia mencari kambing hitam, saat itu aku sedang berjalan, meski mereka tidak berkata, tetapi tatapannya tajam mengarah padaku. 


September, Kepala pasukan berkuda itu, bersikukuh membuat pengumuman dan pasukan yang tidak tau apa-apa mengikuti apa kata Kepala pasukannya. Hanya sebagian yang protes, tapi tidak di dengar.


September, pasukan berkuda itu biasanya mampir sekedar minum kopi di kedai ini, sekarang mereka tidak pernah mampir karena dilarang Kepala pasukan berkudanya. Tak mengapa masih ada para pejalan kaki yang mampir sekedar melepas lelah. 


September, cerialah seperti yang sudah-sudah, berjalan di tengah kerumunan dan berlari menanti kereta yang akan lewat, kita tidak tau arah, tapi yakin kita sampai pada tujuan. 


September, akhirnya kamu tersenyum mendengar celotehanku ini, kemarilah kita duduk di tepi sungai yang airnya sedang deras. Banyak sampah-sampah yang terbawa derasnya air sungai ini. Sabarlah air sungai sebentar lagi akan mengalir dengan tenang. 


September, lihatlah langit kembali cerah dengan burung berwarna-warni menghiasi langit yang terlihat semakin indah. Akhirnya aku melihat senyum menghiasi bibirmu. September ceria. 



@ Apriani1919.com, All rights reserved.
Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

2 komentar untuk "September Ceria"

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi