Bahagia Berbaur Dengan Para Guru



 DaftarBuat Artikel

 

Bahagia Berbaur Dengan Para Guru 

Rasa bahagia itu sepertinya tidak perlu diucapkan karena yang merasakan rasa  bahagia itu diri sendiri. Yang terlihat bahagia belum tentu merasakan  bahagia yang sebenarnya. Kita bisa melihat para selebritis yang terlihat bahagia dan terlihat sempurna dalam hidupnya, di media sosial terlihat harmonis dan hidup penuh kemewahan ternyata mengalami KDRT dan ada yang sampai berpisah. 

Tak perlu saya sebutkan satu persatu, tak elok rasanya menghujat mereka tanpa pernah mengenal kehidupan mereka yang sebenarnya. Tak dapat dipungkiri kita sering melihat kehidupan orang lain itu bahagia dan terkadang iri, bahkan tanpa disadari kita sering membandingkan kehidupan yang satu dengan kehidupan yang lain bahkan menyamaratakan. 

Kita hanya bisa berasumsi si A sekantor dengan si B. Si A punya mobil, tapi si B ga punya mobil, jangan-jangan uang suaminya di pake hura-hura istrinya. Padahal yang namanya rezeki itu berbeda satu sama lain, bisa saja si A dapat sokongan dari keluarganya sedangkan si B tidak, bisa juga si A tidak punya tanggungan keluarganya sedang si B punya? Tidak adil ketika orang langsung menilai kehidupan orang lain tanpa pernah hidup dengannya selama 24 jam. 

Bahkan yang hidup 24 jam juga belum tentu bisa menjaga rahasia, ketika kepepet ada yang membicarakan kejelekan pasangannya.  

Teman saya pernah bercerita, dia baru tau kelicikan pasangannya menjelang cerai, mantan suaminya itu mengadakan pendekatan para keluarga istrinya, sang mantan menceritakan semua kejelekan istrinya menurut versinya, sampai keluarga istri itu menjauhinya. Keluarga istri itu setiap hari hanya mendengar cerita versi sang mantan, seolah-olah Ia adalah pahlawan. Sang istri diam karena  tidak mau membebani keluarganya, Dia berusaha menyelesaikan sendiri, karena Dia ingat pesan mantan suaminya  dulu selalu berpesan jangan orang lain tau permasalahan keluarga. Tapi kenapa disaat seperti ini semua orang harus tau? Bahkan teman-teman istrinya dihubungi semua, di ceritakan semua tentang istrinya. Logikanya kalau betul laki-laki itu masih ingin memperbaiki rumahtangganya, kenapa harus berkoar-koar menceritakan istrinya? 

Teman saya itu sekarang hidup bahagia, terlihat dari wajahnya yang selalu berseri-seri, sangat berbeda dengan waktu dulu. Teman saya bercerita sama mantan bisa berteman tapi tidak sebagai suami istri. Teman saya itu tidak pernah berkoar-koar tentang sifat sang mantan. Padahal Dia pernah mendapatkan KDRT juga meski verbal dan mengarah pada psikis. Apa semua orang tau? Tidak, karena dia tidak mau dikasihani dan masih menjaga nama baik sang mantan. Yang lalu biarlah berlalu, teman saya ini fokus membesarkan anak-anak dan membiayai kuliahnya, meski sang mantan selalu mengakui bahwa anak-anak dibiayai olehnya. Biarlah, kalau benar membiayai tidak perlu harus memberikan pengumuman karena itu adalah kewajibannya sebagai laki-laki. Dan itupun kalau laki-laki itu benar 100% membiayai anak-anaknya.



Menurut saya bahagia dan rasa sedih  itu tidak usah di koar-koar agar semua tau bahwa saya bahagia, biarlah semua menjadi privasi saya. 

Seperti Sabtu ini, saya berkesempatan mengikuti perlombaan dagongan, bagi teman-teman yang belum tau dagongan itu apa, baiklah saya akan jelaskan sedikit. 



Dagongan adalah permainan tradisional, bambu sebagai alat untuk permainan ini, bambu sepanjang 10 meter di pegang oleh 10 pemain, di bagian kiri dan kanan masing-masing 5 orang, bambu itu dikepit ketiak dan kekuatan kaki sangat menentukan, setelah aba-aba para pemain saling mendorong bambu itu, kalau terdorong ke lawan, maka lawan itu kalah. Permainan dagongan ini kebalikan dari tarik tambang, kalau tarik tambang saling menarik tambang, kalau dagongan saling mendorong dengan mengepit bambu di ketiak.

Permainan itu lumayan melelahkan juga, karena mengadu kekuatan dan tenaga di kerahkan. 


Saya sangat senang ketika panitia mengajak saya untuk ikut serta meramaikan rangkaian kegiatan menyambut hari Guru. Saya berbaur dengan mereka meski saya Kepala Sekolah satu-satunya yang ikut, tapi tidak apa-apa, karena selama perlombaan saya hanya seorang peserta yang harus mengikuti arahan panitia lomba. Saya sangat senang berbaur dengan para guru dan bisa merasakan perjuangan mereka  ketika mengikuti perlombaan demi mengharumkan nama kota, kecamatan bahkan instansinya. 

Sudah sewajarnya ketika kita memberikan reward pada Guru dan siswa yang meraih prestasi. Karena perjuangan mereka sangat luar biasa. 

Pada tulisan ini bolehkan kalau saya berteriak SAYA BAHAGIA!!! HEHEHE 



ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
Video
@ Apriani1919.com, All rights reserved.

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

2 komentar untuk "Bahagia Berbaur Dengan Para Guru "

  1. Hehehe.. Lengkap artikelnya, ada masalah keluarga dan juga olahraga😁 semoga sehat selalu dan berbahagia mbak Din..🀝

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe terimakasih telah mampir yang saya uraikan itu tentang rasa bahagia yang tidak terlihat 😁😁😁

      Hapus

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi