Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan


Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan
Penulis ditengah acara Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan - dokpri


Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan 

Ada istilah kesempatan tidak akan datang dua kali, ketika ada orang tua murid memberi undangan untuk menghadiri upacara Panjang Jimat, penulis menyambut dengan antusias. Setelah 20 tahun lampau penulis pernah menghadiri Upacara Panjang Jimat di Keraton Kacirebonan, pada tahun ini penulis mempunyai rezeki bisa menyaksikan Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan. 

Tepat pukul 19.00 penulis dengan seorang teman sesama Kepala Sekolah dan seorang wanita tentunya, meluncur ke Keraton Kasepuhan, jalan menuju lokasi sangat penuh dengan masyarakat yang antusias menyaksikan upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan. 

Kami datang bertepatan dengan iring-iringan rombongan berbaju putih memasuki keraton. Masyarakat berbaris rapi di kiri dan kanan jalan memberi kesempatan kepada rombongan berbaju putih yang bertugas membaca Sholawat Nabi dan Barjanzi itu lewat. 

Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan
Penulis bersama teman pada saat upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan -dokpri


Penulis diberi kemudahan karena membawa undangan dan masuk dalam ruang utama tempat para pejabat dan tamu undangan serta tempat duduk keluarga keraton. 

Ada istilah tak kenal maka tak sayang, agar para sahabat setia lebih mengenal keraton yang ada di Cirebon, khususnya Keraton Kasepuhan, penulis akan menuliskan sejarah singkat Keraton Kasepuhan. Penulis mengambil sumber dari Wikipedia 


Sejarah Singkat Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau kita lebih mengenalnya dengan sebutan Pangeran Walang Sungsang. Keraton Kasepuhan merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati. 

Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua yang ada di Kota Cirebon. Didirikan pada tahun 1452. Keraton Pakungwati berasal dari Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati yang lahir dengan nama Syekh Syarif Hidayatullah atau Sayyid Al-Kamil beliau bertahta pada usia 31 tahun dari tahun 1479 s.d 1568. 

Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448 Masehi dan meninggal pada tanggal 19 September 1568. Dimakamkan di Cirebon.

Itulah sejarah singkat tentang Keraton Kasepuhan dan Penulis akan mencoba menuliskan pengalaman mengikuti upacara Panjang Jimat. 


Muludan 

Pada jaman dulu, muludan mempunyai fungsi sebagai ajang jual beli, karena pada saat itu tempat berkumpulnya masyarakat yang menjual hasil panen, baik petani, nelayan dan pengrajin berkumpul ketika muludan tiba. Penjual dan pembeli berkumpul di satu tempat. 

Berbeda dengan sekarang, saat ini Muludan berfungsi mempererat silaturahim keluarga besar keraton dengan masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar kota yang berkunjung ke Keraton. Saya sendiri menyaksikan rombongan pengunjung dari daerah lainnya, terlihat dari plat mobil kendaraan umum yang mereka sewa. Selain silaturahim, fungsi Muludan untuk mempertahankan eksistensi keraton. 

Dengan adanya Muludan, banyak manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat salah satunya menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar, seperti jasa parkir dan toilet umum. 


Tradisi Panjang Jimat 

Tradisi yang masih dipegang teguh sampai saat ini oleh keluarga keraton dan masyarakat Cirebon adalah peringatan Muludan atau Maulid Nabi yang diperingati setiap tanggal 12 Maulud tahun Hijriyah, bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, salah satunya yaitu dengan mengadakan Upacara Panjang Jimat. 

Upacara Panjang Jimat diawali dengan bersholawat dan dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Quran, ada dua bahasa yang dibawakan MC yaitu bahasa Cirebon dan bahasa Indonesia. 

Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan
Upacara Panjang Jimat diawali dengan bersholawat dan dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Quran-dokpri


Penulis mencari berbagai referensi mengenai Panjang Jimat dan penulis mencoba menyimpulkan semampu yang penulis tangkap. 

Prosesi adat Panjang Jimat bisa dikatakan refleksi dari proses kelahiran Nabi yang sangat kita cintai yaitu Nabi Muhammad SAW dan acara puncak dari serangkaian kegiatan Muludan dan serentak diadakan di Keraton yang ada di Kota Cirebon, salah satunya adalah Keraton Kasepuhan yang Penulis hadiri. 

Panjang Jimat berasal dari dua kata yaitu Panjang dan Jimat. Kata Panjang mempunyai arti sederetan iring-iringan orang yang bertugas membawa berbagai benda pusaka. Jimat sendiri mempunyai arti "siji kang dirumat" maksudnya adalah satu yang dihormati. Panjang Jimat bisa diartikan sederetan persiapan menyongsong kelahiran Nabi yang teguh dengan mengumandangkan kalimat Syahadat kepada umat di dunia.

Kebijakan Sultan Sholahuddin Al Ayubi mempunyai peran penting munculnya tradisi Muludan dan prosesi Panjang Jimat yang ada di Cirebon. Karena beliaulah yang pertamakali mengadakan peringatan Maulid Nabi. 

Peringatan Maulid Nabi menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia dan Kerajaan Cirebon kemudian Sultan Syarif Hidayatullah mengadopsikan Maulid Nabi dengan budaya Jawa. 


Urutan-urutan upacara Panjang Jimat yang diadakan di Keraton Kasepuhan, sebagai berikut: 

  1. Urutan pertama adalah barisan lilin yang melambangkan kelahiran nabi pada malam hari.
  2. Urutan kedua berupa Manggaran, Nagan, dan Jantungan yang melambangkan kebesaran dan keagungan.
  3. Urutan ketiga adalah air mawar, pasatan, dan kembang goyang yang melambangkan air ketuban dan usus atau ari-ari bayi yang baru lahir.
  4. Urutan keempat adalah air serbat yang dimasukan dalam empat baki dan dua guci sebagai perlambang kelahiran.
  5. Urutan kelima adalah tumpeng jeneng, 10 nasi uduk, 10 nasi putih sebagai perlambang bayi harus diberi nama yang baik agar menjadi orang yang berguna dan tidak sembarangan memberi nama pada keturunan kita 
  6. Urutan keenam adalah iring-iringan tujuh nasi jimat.


Kemudian Nasi Jimat diarak dengan pengawalan 200 barisan abdi dalem yang masing-masing membawa simbol-simbol sebagai perlambang.

Barisan pertama adalah barisan pembawa lilin, mempunyai tujuan sebagai penerang, diikuti iring-iringan pembawa perangkat upacara seperti “manggaran”, “nadan” dan “jantungan” (perlambang kebesaran dan keagungan).

Setelah pasukan pengawal atau iring-iringan lengkap berkumpul di Bangsal Purbayaksa, kemudian pihak keraton memimpin arak-arakan menuju Langgar Agung, yang jaraknya sekitar 100 meter dan masih berada di lingkungan keraton.

Arak-arakan yang keluar dari Bangsal Purbayaksa itu disambut di luar keraton oleh para pengawal pembawa obor yang melambangkan paman Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Tholib yang menyambut kelahiran bayi Muhammad pada malam hari. 

Di mushala Nasi Jimat Tujuh Rupa itu dibuka bersama dengan sajian makanan lain termasuk makanan yang disimpan di 38 buah piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Djati berusia 600 tahun. Di mushala dilakukan shalawatan serta pembacaan kitab Barjanzi sampai pukul 24.00 WIB.

Setelah shalawatan dan pembacaan kitab Barjanzi yang dipimpin imam Masjid Agung Keraton Kasepuhan, makanan itu disantap bersama.


Seperti yang Penulis tuliskan di atas, Panjang Jimat merupakan puncak dari serangkaian ritual yang ditujukan untuk mengenang dan merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw. Acara ini merupakan penutup rangkaian acara tradisi yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya oleh masyarakat di Cirebon maupun sekitarnya dan selalu berjalan meriah. Tidak bisa dipungkiri upacara Panjang Jimat ini menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Cirebon.

Penulis merasakan kemeriahan setiap maulud tiba, meski selama Pandemi dan Maulid tahun ini pasar dadakan Muludan ditiadakan. Semoga ke depannya tradisi yang ada selama ini diadakan kembali. 


Adsn1919



Bahan bacaan : 1


@ Apriani1919.com, All rights reserved.
Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

2 komentar untuk "Upacara Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan "

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi