Kisah Dahayu Gadis Berambut Gimbal

 


Libreshot.com

Kisah Dahayu Gadis Berambut Gimbal


Dahayu,  gadis kecil yang tinggal di sebuah Desa di dataran tinggi, dengan suhu udara sangat dingin. Usianya baru  10 tahun,  dia tinggal bersama kedua orang tuanya seorang juragan kentang, dia anak tunggal alhasil semua permintaannya selalu dituruti oleh orang tuanya.

Waktu usia 1 tahun,  Dahayu pernah sakit panas dan kejang-kejang, beberapa kali dibawa ke dokter yang berada di Kecamatan tetap tidak ada perubahan. Selama hampir 3 bulan lamanya ia sakit. Sampai akhirnya Dahayu sembuh sendiri disaat kedua orang tuanya sudah pasrah.

Setelah sembuh, ibu Darmi ibunya Dahayu ingin memandikannya dengan air hangat, karena selama sakit Dahayu tidak pernah mandi, hanya dilap dengan handuk kecil yang basah saja. 

Ibu Darmi menjerang air untuk mandi Dahayu, karena udara tempat tinggalnya sangat dingin. Setelah mendidih air dituangkan ke ember besar berwarna coklat. Kepulan asap dari air mendidih menutupi wajah bu Darmi, wajahnya berkeringat.  Setelah air panas dicampur dengan air dingin dan menjadi hangat-hangat kuku. Baru bu Darmi menggendong Dahayu ke kamar mandi.

Bu Darmi kaget luar biasa ketika rambut Dahayu di keramas dan tangan bu Darmi meremas-remas rambut anaknya, terasa ada gumpalan di kepala anaknya, gumpalan rambut seperti dikepang dan menyatu helai demi helai itu masih kecil. Tapi bu Darmi tau itu rambut gimbal.

Bu Darmi menatap wajah polos Dahayu yang sedang memainkan air di dalam ember besar. Bu Darmi antara senang dan tidak senang anaknya berambut gimbal. Ia tidak mau anaknya jadi sorotan dan dianggap istimewa. Ia membayangkan masa kecil anaknya akan terganggu.

Malam menjelang ketika pak Paijo suaminya pulang ke rumah, setelah pak Paijo mandi dan makan, barulah bu Darmi menceritakan kondisi Dahayu putri tunggal mereka. 

Pak Paijo terdiam, dia punya pikiran yang sama dengan istrinya, tak mau Dahayu jadi sorotan orang-orang dan media karena rambut gimbalnya.

Untuk menyembunyikan kondisi putrinya yang berambut gimbal, setiap keluar rumah Dahayu selalu dipakaikan penutup kepala, bisa berupa topi rajut atau kerudung.

Biasanya masyarakat sekitar senang bila anaknya berambut gimbal. Mereka percaya, anak perempuan  yang berambut gimbal adalah titisan dari Nyai Dewi Roro Ronce, salah satu abdi penguasa Laut Selatan, Nyai Roro Kidul. Sedang anak laki-laki yang berambut gimbal, masyarakat sekitar percaya mereka titisan Kyai Kaladete, sang Kyai dipercaya sebagai penguasa Dataran Tinggi Dieng, kini bersemayam di Telaga Balekambang.

Tapi tidak dengan orangtua Dahayu, entah kenapa bu Darmi dan pak Paijo merasa malu anaknya berambut gimbal.  Dahayu dijaga penuh hati-hati, karena biasanya anak yang berambut gimbal berbeda dengan anak yang tidak berambut gimbal. Dahayu tumbuh jadi anak yang super aktif. 

Pada saat  Dahayu berusia 3 tahun, ketika para sesepuh mengumpulkan anak berambut gimbal untuk di ruwat, orangtua Dahayu memilih menyembunyikan Dahayu, mereka pergi keluar kota selama 1 minggu. 

Masyarakat sebenarnya sudah curiga dengan sifat Dahayu yang berbeda dengan anak seusianya, ciri-ciri anak berambut gimbal ada pada  Dahayu.

Semakin bertambah besar sifat Dahayu tidak terkontrol, bila keinginan tidak dituruti dia akan mengamuk dan menangis tak berhenti, sampai keinginannya tercapai.

Dari usia 1 tahun Dahayu sudah dikenalkan ke gawai, karena hanya gawai yang membuat dia diam. Sampai beranjak besar setiap hari Dahayu ditemani laptop dan gawai, entah apa yang dilihatnya karena ayah dan ibunya tidak pernah mengecek apa yang ditonton anaknya. Mereka berfikir yang penting Dahayu diam.

Usia 9 tahun Dahayu sudah terbiasa menyiksa binatang, seperti ayam, kucing bahkan burung merpati piaraan bapaknya. Para pembantu tidak ada yang berani melarang karena pasti akan ditendangnya

Orang tua Dahayu sudah kewalahan dengan sifap anaknya, atas saran istrinya, maka pak Paijo mengaku pada sesepuh bahwa anaknya berambut gimbal dan setuju bila Dahayu harus di ruwat. 

Setiap tahun, daerah tempat tinggal mereka selalu mengadakan ruwatan atau pemotongan rambut gimbal, dengan dipimpin oleh orang yang dituakan di daerah itu. 

Syarat anak berambut gimbal boleh mengikuti ruwatan itu ketika berusia 3 tahun, karena mereka bisa meminta apa yang mereka inginkan dan  orang tua wajib memenuhi keinginan anaknya, agar rambut gimbal yang dipotong tidak tumbuh lagi.

~~~

Minggu pagi, di sebuah Desa daerah Dataran Tinggi yang biasanya sepi tampak ramai. Pagi itu sebanyak 19 anak berambut gimbal akan di ruwat. Ketika anak-anak lain, jauh-jauh hari sudah menyebutkan keinginannya, ada yang minta es krim rasa melon, sepeda warna ungu, uang 100 rupiah, mobil-mobilan berwarna kuning dan biru.  Semua orang tua  peserta ruwatan sudah menyiapkannya.

Hanya Dahayu yang belum menyebutkan keinginannya, dia hanya  tersenyum penuh arti ketika orang tuanya menanyakan keinginan Dahayu.

Di Alun-alun para pejabat dan tamu undangan sudah berkumpul, mereka bergantian memotong rambut anak-anak berambut gimbal. Dan mereka sudah diberi hadiah barang, sesuai keinginan masing-masing.

Tiba saatnya pak Lurah memotong  rambut Dahayu, setelah rambutnya dipotong dan disimpan dalam tembikar. Saatnya Dahayu menyebutkan keinginannya. Dengan dingin dia berkata. 

"Aku ingin jantung ....." matanya melirik tajam pada pak Lurah. 


ADSN1919


Tayang di SKB dan Kompasiana



Apriani1919
Apriani1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam karena itu membuat aku tiada secara perlahan

Posting Komentar untuk "Kisah Dahayu Gadis Berambut Gimbal"

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi