Fani, Aku Ingin Memelukmu

Fani, Aku Ingin Memelukmu
Lifestyle.okezone.id



Hari sudah gelap, ketika aku sampai di rumah. Rumah tampak gelap saat ini aku sendirian dirumah karena suamiku sedang tugas di luar kota, sudah lima hari belum pulang dan dua hari kedepan baru selesai tugasnya, itu juga kalau targetnya tercapai. 

Setelah masuk rumah, lampu-lampu aku nyalakan, badan terasa letih dan kepala sedikit pening setelah tadi bertemu Fani, sahabatku. Kalau suamiku ada dirumah, biasanya aku akan langsung bercerita padanya, tapi sayang sekarang suamiku sedang diluar kota dan kadang tidak ada sinyal.

Sambil menunggu suamiku menelpon, aku ke dapur untuk merebus air untuk membuat kopi susu, maklum suamiku tidak suka air galon jadi harus dadakan merebus air dan aku yang biasanya minum air galon jadi terbiasa tidak minum air galon.

Sambil menunggu air mendidih, aku ambil cangkir dan menuangkan satu sendok teh kopi giling dari Lampung dicampur susu kental 1 saset, tak lama air mendidih aku langsung menuangkan air ke cangkir kopi.  Wangi kopi menebar diseluruh ruangan dapur.

Sambil membawa cangkir kopi, aku duduk di ruang keluarga, aku nyalakan televisi terlihat acara kesukaanku yaitu Mata Dinni. Sambil menikmati secangkir kopi, pikiranku kembali pada Fani, perempuan cantik sahabat masa kuliah.

Menjelang sore, ketika aku bersiap-siap pulang tiba-tiba Fani muncul dihadapanku, matanya terlihat bengkak, mukanya terlihat lelah. Jujur aku tak menyangka nasib Fani seperti ini, karena selama ini yang terlihat dia dan lelaki berengsek itu harmonis.

Entah kenapa dari dulu ketika melihat Fani bersama suaminya, terlihat wajah Fani tertekan, senyumannya terlihat terpaksa, ah Fani seandainya engkau bercerita dari awal, tak mungkin berlarut-larut seperti ini. Cemburu suami Fani itu tidak beralasan karena kejujurannya, membuat Fani bertambah rusak. Kejujuran berbalas penderitaan, itu kata suamiku ketika aku bercerita tentang Fani.

Sekarang ketika Fani sudah berontak karena tidak tahan, Fani seperti ini karena sikap suaminya melakukan KDRT verbal, sering menakut-nakuti dia, dengan memperlihatkan pisau tajam yang tersimpan dilemari, menelepon polisi dan memaksa Fani bicara dengan polisi itu, mengancam akan menjemput paksa Fani mau dibawa ke kantor polisi. Belum lagi bila lelaki brengsek itu sengaja menelpon teman-temannya yang aparat tentara di hadapan Fani, lelaki itu sengaja menjatuhkan mental Fani.

Semua teman-teman Fani dia hubungi, memperlihatkan semua baik-baik saja, kalau lelaki itu sampai menelponku, aku ingin bilang "Dasar pengecut, sembunyi dibalik orang-orang, selalu mencari kambing hitam disetiap masalah, tanpa peduli perasaan Fani, mental dia sudah rusak gara-gara kamu lelaki pengecut!"

Sayangnya lelaki super pengecut dan keras kepala itu tidak berani menelpon aku. Karena aku tau siapa Fani sebenarnya, sebelum menikah Fani orang yang tidak neko-neko dan tidak banyak tuntutan, orangnya pendiam tapi kalau sudah akrab dia orang yang asyik diajak berteman, meski orang berada Fani tidak sombong, waktu kuliah dia termasuk kembang kampus tapi Fani selalu tidak merasa begitu, kelawan jenis juga malu-malu, sangat polos orangnya.

Anehnya setelah menikah aku melihat perbedaan itu, bagai langit dan bumi, hitam dan putih, aku seperti tidak mengenal Fani karena dia seperti liar, bebas di jemput siapa saja disetiap kegiatan, berbeda jauh ketika dia masih gadis aku belum pernah melihat dia berdua dengan laki-laki dan selalu membatasi diri dengan lawan jenis.

Dari dulu aku tidak habis pikir, ada apa dengan Fani setelah menikah malah mencari kesenangan, setelah bertahun-tahun pertanyaan itu aku simpan, akhirnya terkuak semua kemarin. 

Mungkin orang-orang akan menyalahkan Fani, seperti keluarganya sendiri, memaksa Fani bertahan demi ini itu, tanpa memikirkan mental Fani. Memaksa jangan bercerai karena malu sama orang lain, mereka ingin terlihat baik-baik dimata manusia tapi mereka tidak tau dimata Tuhan seperti apa. Mereka menyuruh Fani melanjutkan sandiwaranya.

Harusnya mereka berfikir. Fani seperti ini karena siapa, Fani ingin bercerai baik-baik agar anak-anaknya tidak bertambah terluka melihat kedua orangtuanya ribut didepan umum, kalau laki-laki brengsek itu berfikir dewasa, lepaskan Fani biarkan dia bahagia bersama anak-anaknya, daripada masih bersatu tapi tidak ada kenyamanan dan saling menyakiti, apa itu tidak membuat anak-anaknya terluka?.

Siapa tau setelah bercerai bisa berteman dan menjaga silaturahmi demi anak-anak, ini keinginan Fani. Aku sampai berfikir kenapa tidak bisa bercerai baik-baik dan mengapa harus menunjukkan dia tidak bersalah dan Fani yang bersalah. Mengapa harus mengorek-ngorek kesalahan Fani, untuk apa? Untuk kepuasan atau untuk menunjukkan bahwa lelaki brengsek itu lelaki baik-baik? Kalau lelaki baik-baik tak mungkin membuat istrinya bertambah rusak mentalnya.

Sampai Fani bercerita padaku, dia lupa caranya tersenyum, dia tidak tau lagi apa itu rasa cinta dan benci. 

Sadarlah lelaki pengecut, kembalikan keceriaan Fani lepaskan jeratan ikatan itu karena aku ingin melihat dia tersenyum sebelum ajal menjemputnya. Bagiku cinta itu bukan memaksa, kalau iya lelaki brengsek itu benar-benar mencintai Fani, seharusnya membiarkan Fani bahagia bukan membelenggunya, hei lelaki pengecut Fani bukan robot yang tak berhati, Fani punya rasa yang sangat halus. 

Yang aku tau, Fani akan mengorbankan dirinya untuk orang yang benar-benar dia cintai, kalau dia sampai berontak berarti dari awal tidak pernah ada rasa cinta pada laki-laki brengsek itu. Lelaki brengsek itu tidak bisa menjaga Fani malah merusaknya.

Aku kesal melihat sikap suami Fani yang pura-pura bodoh atau bodoh beneran, entahlah.

Kkrrrr kkrrrr krrrr

Aku tersadar dari lamunanku ketika gawai yang aku simpan di meja berbunyi, ternyata suamiku menelpon karena pesan dia di gawai belum aku baca. Tak terasa aku melamun hampir satu jam dan kopi susu sudah dingin. Dan aku sampai lupa belum mandi. 

Fani, aku ingin memelukmu, sebagai wanita aku dapat merasakan yang kamu rasakan.

Setelah mandi nanti, aku ingin menanyakan pada suamiku apa yang akan dia lakukan jika aku diposisi Fani. Apakah setiap lelaki seperti lelaki brengsek itu atau tidak.

Apriani1919
Apriani1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam karena itu membuat aku tiada secara perlahan

Posting Komentar untuk "Fani, Aku Ingin Memelukmu"

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi