Memaafkan Orang yang Membenci Kita

Saling Memaafkan Tidak Harus Menunggu Idul Fitri

Tradisi saling memaafkan dikemas pada acara yang sakral yaitu pada Hari Raya idul Fitri.  Umat Islam khusus di Indonesia setelah shalat Ied, biasanya langsung bersalaman memohon maaf bila ada kesalahan. Setelah sebulan menjalankan ibadah puasa momen Idul Fitri sebagai harapan dan dia untuk lebih baik lagi dimana akan datang.
Alangkah indahnya, bila di lingkungan kita tinggal dan di tempat kerja serta pergaulan kita terjalin hubungan yang harmonis, serta tercipta rasa kekeluargaan akan terasa damai dan tentram hidup ini.

Tapi hidup tidak semua sesuai harapan kita, dalam bergaul dengan kerabat, rekan kerja dan orang-orang sekitar adakalanya kesalahpahaman itu ada, baik dalam berbicara maupun berpendapat. Kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

Manusiawi bila kita merasa agak berat memaafkan orang yang pernah menyakiti kita. Tapi memaafkan menjadi cerminan kebesaran jiwa  bagi seseorang dan mendatangkan rasa bahagia bagi kedua belah pihak. Saling memaafkan tidak harus menunggu momen Idul Fitri. Kapanpun dan dimanapun kita memaafkan orang yang bersalah pada kita dan tidak ada ruginya jika kita meminta maaf dan mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan..

Memaafkan dan meminta maaf, pada akhirnya menjadi kesadaran bersama bahwa kejadian di muka bumi ini adalah sebuah takdir yang sudah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Karena setiap kejadian yang menimpa kita ada hikmah yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran hidup untuk kita dan diharapkan kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa mendatang.

Berbicara pengalaman saling memaafkan, saya punya sedikit  pengalaman dan semoga bisa diambil hikmahnya. Kejadian ini sudah lama dan saat itu saya masih sebagai guru  di sekolah yang dipandang sebelah mata. Ketika ada pelatihan guru dengan penilaian akhir dilihat cara kita mengajar di sekolah lain, masih dalam satu gugus. Saat evaluasi, ada guru swasta yang kebagian mengajar di sekolah saya, di depan umum dia mengeluhkan peserta didik kelas satu di sekolah saya yang belum bisa membaca dan membandingkan dengan sekolahnya.

Jujur saya dan teman-teman merasa dipermalukan di depan umum. Ketika saya diberi kesempatan berbicara, saya jelaskan kondisi peserta didik dan latar belakang mereka, dan saya minta jangan dibandingkan dengan sekolah favorite yang notabene peserta didik sudah bisa membaca. Suasana hening karena saya terbawa emosi sampai berbicara terbata-bata dan saya tidak dapat menahan air mata di depan umum, karena saya merasa sedih ketika anak didik saya jadi bahan pembicaraan.

Ada satu guru di sekolah lain  yang meledek saya ketika pelatihan selesai, guru tersebut tak henti-hentinya membicarakan saya. Saya tahu ketika  ada teman yang menyampaikan pembicaraan itu, tapi saya diamkan saja. Saya menyapa seperti biasa ketika bertemu  dan keliatan dia agak kikuk ketika saya sapa.

Sampai akhirnya ketika saya jadi Kepala Sekolah dan sering ada  kegiatan di sekolahnya, guru tersebut sangat baik dan sering curhat pada saya. Meski dia tidak pernah meminta maaf, tapi saya sudah memaafkan setelah dia menjelek-jelekkan dan menghina  saya, Allah menegurnya dengan jatuh dari tangga sampai kakinya patah. Itu salah satu pengalaman saya sendiri dalam hal memaafkan kesalahan orang lain.

Memaafkan bukan hanya sekedar dimulut atau hanya sekedar jabat tangan dan cipika cipiki. Tapi memaafkan dari lubuk hati dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah dia lakukan pada kita. Apalagi bila momen Idul Fitri yang hanya setahun sekali, jangan sampai setelah meminta maaf kita melakukan kesalahan yang sama. Meski kita tahu terkadang kesalahan terulang kembali. Jadikan saling memaafkan sebagai instrospeksi diri sendiri dengan orang lain.

ADSN1919

Catatan: Tayang pertama di Kompasiana




Apriani1919
Apriani1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam karena itu membuat aku tiada secara perlahan

Posting Komentar untuk "Memaafkan Orang yang Membenci Kita"

DomaiNesia
Template Blogger Terbaik Rekomendasi